Buleleng - Bali | Upaya pemerintah dalam mengurangi angka kemiskinan dari berbagai sektor terus digencarkan, seperti hal nya bantuan bedah rumah di Desa Pelapuan, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng - Bali. Namun bantuan bedah rumah yang diterima oleh sejumlah warga masyarakat setempat berujung menjadi keluhan para penerima bantuan tersebut.
Pasalnya, selain ada beban biaya yang harus ditanggungnya juga material bahan bangunan yang dikirim selalu tersendat- sendat. Sehingga sejumlah penerima bantuan bedah rumah merasa dirugikan terutama waktu dan finansial.
Sementara informasi yang dapat dihimpun di lapangan dari sejumlah penerima bantuan bedah rumah ia mengatakan, hampir semua PBBR khusunya di Desa Pelapuan, Kecamatan Busungbiu mengalami permasalahan yang sama.
Sebagaimana yang disampaikan Dewa Gede Erik, alasan Kepala Desa Pelapuan mengapa pembangunan bedah rumah yang ia terima belum bisa dilanjutkan, dikarenakan belum mendapatkan tukang. "Untuk tukang sendiri disediakan oleh Kepala Desa. sehingga pembangunan diatas pondasi yang sudah diselesaikan lebih dari dua mingggu tidak bisa dilanjutkan," terang Dewa Gede Erik kepada Awak Media ini bertandang ke rumahnya. Sabtu, (13/7/2024).
Lebih lanjut Dewa Gede Erik mengatakan, untuk pengerjaan Pondasi dilakukan secara bergotong royong dengan dibantu oleh mertuanya sebagai Tukangnya, karena untuk Pondasi hanya disediakan bahan materialnya saja, sementara untuk ongkos tukang dan buruh angkut ditanggung oleh PBBR (Swakelola).
Ayu Parwati, istri dari Dewa Gede Erik ini menambahkan terkait pembangunan bedah rumah yang ia terima tidak dapat biaya ongkos tukang. "Hanya diatas pondasi baru dikasi ongkos tukang untuk satu orang sebesar 150 ribu", ucapnya.
Ia juga menyampaikan bahwa dirinya mengaku tidak tahu kapan bisa melanjutkan pengerjaan bangunan diatas pondasi tersebut, selain pihak kepala Desa belum mendapatkan Tukang, bahan materialnya pun belum datang semuanya.
"Bingung saya kapan akan dilanjutkan, Batako, Pasir dan semen sudah dikasi tetapi belum mencukupi", tuturnya.
Hal ini senada juga yang disampaikan oleh Desak Alit (52) warga Banjar Dinas Satria, Desa Pelapuan, yangmana dirinya hanya bisa pasrah menungu tambahan material pasir, batako dan semen untuk melanjutkan pembangunan bedah rumah yang ia terima.
"Pasir, batako sudah dikasi tapi sedikit, kalau semua sudah lengkap kan bisa dikerjakan sekalian, jadi tidak tunda-tunda lagi," ujar Desak Alit.
Selain bahan bangunan yang tersendat, dirinya juga merasa terbebani karena harus membayar ongkos Pengayah (buruh angkut-red).
Awalnya kata Desak Alit, tinggal menerima kunci, tapi saat rapat lagi, Kepala Desa dan BPD bilang Dana tidak mencukupi, jadi untuk pondasi dikerjakan sendiri, hanya bahan saja yang dikasi. Diatas pondasi baru dikasi ongkos tukang satu orang sebesar 130 ribu, sementara buruh anggkut saya sendiri yang menanggung.
Dan bukan hanya itu saja, wanita paruh baya yang berprofesi sebagai buruh serabutan ini juga harus membayar ongkos buruh angkut Batako sebesar Rp 1500 perbiji dan ongkos angkut pasir per mobil Carry sebesar Rp 250.000 dikarenakan bahan material bantuan tersebut diturunkan di tepi Jalan. Hal itu disebabkan karena mobil pengangkut meterial tersebut tidak bisa melalui Gang menuju ke rumahnya. selain berjarak 250 meter dan juga sempit.
"Untuk bayar ongkos buruh saya dapatkan dari hasil meburuh, saat ini musim cengkeh saya meburuh metik cengkeh" ujar Desak Alit pada hari Minggu (07/7/2024) kepada awak media dirumahnya.
Dan hal yang sama juga di sampaikan oleh warga masyarakat setempat penerima bantuan bedah rumah inisial Ketut Suka Maya (33), warga Banjar Dinas Pelapuan, Kecamatan Busungbiu, yang mana untuk proses pembangunan saya harus menyediakan lahan. Untuk pembangunan pondasi saya sendiri membangunya, karena onkos tukang tidak ditanggung, hanya bahan - bahannya saja ditanggung. Diatas pondasi baru ada tambahan untuk biaya pembayaran ongkos tukang satu orang, untuk pengayahnya saya sendiri yang membayar.
Lanjut Ketut Suka, dirinya juga mengeluh atas tersedianya material yang datangnya terlambat. "Apa yang bisa dikerjakan, bahan tidak ada. Untuk luas bangunan 5X7,5 m2, dikasi Rp 50 juta", tandasnya.
Rupanya keluhan yang hampir sama juga disampaikan oleh penerima bantuan bedah rumah di Banjar Bonagung, dimana dirinya juga mengalami hal yang sama.
Dan yang lebih miris lagi terjadi kepada seorang Petran tak bersertifikat bernama Desak Putu Minten (94), diusia senjanya dirinya mendapat bantuan bedah rumah dari pemerintah. Namun dengan adanya bantuan tersebut bukannya malah senang dan bahagia justru berbanding terbalik, karena bantuan bedah rumah yang diterimanya semakin menambah beban hidup buat dirinya. Mengingat diusia senjanya kini sudah tidak bisa bekerja lagi sementara dirinya harus menyiapkan uang untuk membayar ongkos Pengayah (butuh), sedangkan untuk menyambung hidupnya saja ia masih menunggu belas kasihan dari Negara melalui bantuan sosial sebagai penerima bantuan Beras 10 kiloan.
"Ibu saya kan sudah tua, tidak bisa bekerja, membuat pondasi dibantu oleh sanak keluarga. Untuk nyari makan saja susah, dimana nyari ongkos tukang dan pengayah?," cetus Desak Putu Murtini (63), anak dari Desak Putu Minten, penerima bantuan bedah rumah tersebut.
Dan ia juga kesal karena setiap hari menunggu bahan-bahan bangunan yang tak kunjung datang hingga membuat aktivitas lainnya merasa terganggu.
"Katanya untuk ongkos tukang dikasi 130 ribu, sedangkan ongkos tukangnya disini upahnya 150 ribu, jadi kekurangan yang 20 ribu itu kita lagi yang bayar," ungkap Desak Putu Murtini.
"Nota pembelian tidak dikasi, barang langsung diturunkan saja, tidak tahu berapa jumlah pembeliannya", imbuhnya.
Ditempat yang berbeda, Dewa Putu Suryawan (49) orang tua dari Dewa Gede Ari Surya Wijaua (27) penerima bantuan bedah rumah juga mengeluhkan hal yang sama.
"Benar pak, bahan-bahannya datang tersendat-sendat, jadi kami tidak bisa melanjutkan pengerjaan, ini saja kami sudah 2 minggu menunggu baru bisa melanjutkan", pungkas Dewa Putu Suryawan.
Sementara, saat Tim Media minta konfirmasi ke rumahnya (14/7/2024) Dewa Japa, anggota BPD Desa Pelapuan yang juga sebagai penerima CSR dari Pemerintah Kabupaten Badung untuk bantuan bedah rumah, ia mengatakan bahwa, bantuan tersebut bersumber dari bantuan sosial CSR Kabupaten Badung yang penyalurannya melalui Bank BPD Bali.
Menurutnya, bantuan bedah rumah dari Kabupaten Badung awalnya hanya untuk dua Rumah saja. Namun dikarenakan banyak jumlah warga masyarakat Desa Pelapuan yang belum memiliki rumah, sehingga Kepala Desa Pelapuan mengajukan kembali tambahan untuk bedah rumah ke Bupati Badung, dan seperti apa prosedur pengajuan dananya untuk bedah rumah ini saya tidak tau, kata Dewa Japa.
Saat disingung tentang kapan cair/ keluarnya dana bedah rumah tersebut, ia menjawab tidak tau, "yang kami tahu untuk penggarapan pondasi rumah saya dikasi material saja, dan karena sudah kesepakatan baik penerima dengan Pemerintah Desa saat itu jadi untuk penggarapan pondasi kita kerjakan secara suka rela atau gotong royong. Dan setalah masang pondasi dan kunsen para penerima diminta untuk mengirim vidio, mungkin itu kriteria untuk pengamprahan dana bedah rumah yang selanjutnya, saya tidak tau jelas," tuturnya.
Bahkan Dewa Japa juga mengutarakan ada kemungkinan untuk tahap ke dua nanti penggarapannya hingga kepemasangan kusen dan kemungkinan sampai bisa ke asah slop, bahkan ada informasi bahwa dana pembangunan bedah rumah tersebut sampai ke tahap tiga.
Selain itu Ia juga menyampaikan perminta-maafan kepada penerima mantuan bedah rumah lainnya, kenapa rumahnya yang dipercepat penyelesaiannya karena rencananya akan dijadikan percontohan serta untuk mengetahui berapa jumlah dana yang dihabiskan sampai finishing.
Ketika ditanya tentang RAB terkait awal pengajuan pembangunan bedah rumah tersebut, ia mengatakan pada saat pengajuan itu belum ada RAB nya. Namun dengan anggaran diperkirakan mencapai 50 Juta, para penerima bantuan bedah rumah sudah disetujuin. "Gambarnya datangnya belakang dan membuat kaget para penerima bantuan, karena sebelumya tidak ada koordinasi terkait ukuran bangunan yang akan dibagunnya", cetusnya.
Terkait tersendatnya material yang membuat bingung para penerima bantuan bedah rumah, anggota BPD ini dalam keterangannya menjelaskan, Karena akses jalan membawa material ke masing-masing rumah tidak bisa dilalui truk. Selain itu ia juga beralasan keterlambatan material untuk bantuan pembangunan bedah rumah warga Desa Pelapuan disebkan oleh keterlabatan di perjalanan karena jarak tempuh pengambilan material seperti pasir harus membeli dari Karangasem dan keterlambatan batakonya buka dari pihaknya namun dari tempat percetakan batakonya itu sendiri. "Hal ini juga sudah kami sampaikan kepada para penerima bantuan bedah rumah dan kami harapkan untuk bersabar," pungkas Dewa Japa.
Sampai berita ini dipubliaksikan, para penerima bantuan bedah rumah tidak mengetahui di toko mana membeli bahan material karena tidak berikan Nota pembelian material sehingga hal ini dapat memicu isu tidak baik dikalangan warga masyarakat Desa Pelapuan.
Red
FOLLOW THE INFONEWS WEB | Amanah Aspirasi Rakyat AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow INFONEWS WEB | Amanah Aspirasi Rakyat on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram